BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Permasalahan
Indonesia terdiri atas banyak aneka suku
bangsa yang tersebar di segala penjuru nusantara. Setiap suku mempunyai
kebudayaan, adat istiadat, pandangan, serta cara memenuhi kebutuhan hidup yang
berbeda-beda. Kini, makalah ini akan membahas tentang masyarakat yang hidup di
daerah Lampung, mulai dari unsur kebudayaan hingga apa yang menjadi fokus dan
etos mereka.
Melalui Pelabuhan Internasional Teluk
Lampung, Lampung telah berhubungan dengan negara Cina dan India sejak awal abad
ke-13. Catatan musafir Tiongkok yang pernah mengunjungi Indonesia pada
abad VII, yaitu I Tsing disebutkan bahwa Lampung itu berasal dari kata
To-lang-po-hwang. To berarti orang dalam bahasa Toraja, sedangkan Lang-po-hwang
kepanjangan dari Lampung. Jadi, To-lang-po-hwang berarti orang Lampung.
Portugis memasuki Lampung dari Tahun 1511 hingga 1518, selanjutnya Lampung berada di bawah kesultanan Banten. Tahun 1808 jatuh ketangan Belanda, kemudian dijajah oleh Inggris tahun 1817 dan tahun 1856 Perang Lampung berakhir, namun kolonialisme Belanda tetap berlanjut hingga tahun 1949 diselingi Jepang pada tahun 1942. Karena pernah dipengaruhi oleh berbagai budaya, latar belakang tersebut memperkaya kebudayaan Lampung. Sebelum diakui menjadi suatu propinsi Lampung secara resmi berdasarkan UU no. 14 tahun 1964 pada 8 Maret 1964, Lampung merupakan wilayah karesidenan yang tergabung dalam Propinsi Sumatera Selatan.
Masyarakat adat Lampung terdiri atas dua golongan, yaitu masyarakat Pepadun (Pedalaman) dan Pesisir. Kedua masyarakat tersebut mempunyai tempat bermukim yang berbeda. Keduanya pun memiliki adat istiadat serta sifat yang sedikit berbeda, sehingga menarik untuk dipelajari dan dilihat perbedaannya lebih lanjut.
Di sebelah utara, Lampung berbatasan dengan propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sedangkan bagian baratnya dibatasi oleh Samudera Indonesia. Selat Sunda membatasi bagian selatan wilayah ini, sedangkan bagian timur dibatasi oleh Laut Jawa. Letak wilayah Lampung secara geografis tersebut dianggap cukup strategis karena berperan sebagai penghubung antar pulau Jawa dan Sumatera.
Portugis memasuki Lampung dari Tahun 1511 hingga 1518, selanjutnya Lampung berada di bawah kesultanan Banten. Tahun 1808 jatuh ketangan Belanda, kemudian dijajah oleh Inggris tahun 1817 dan tahun 1856 Perang Lampung berakhir, namun kolonialisme Belanda tetap berlanjut hingga tahun 1949 diselingi Jepang pada tahun 1942. Karena pernah dipengaruhi oleh berbagai budaya, latar belakang tersebut memperkaya kebudayaan Lampung. Sebelum diakui menjadi suatu propinsi Lampung secara resmi berdasarkan UU no. 14 tahun 1964 pada 8 Maret 1964, Lampung merupakan wilayah karesidenan yang tergabung dalam Propinsi Sumatera Selatan.
Masyarakat adat Lampung terdiri atas dua golongan, yaitu masyarakat Pepadun (Pedalaman) dan Pesisir. Kedua masyarakat tersebut mempunyai tempat bermukim yang berbeda. Keduanya pun memiliki adat istiadat serta sifat yang sedikit berbeda, sehingga menarik untuk dipelajari dan dilihat perbedaannya lebih lanjut.
Di sebelah utara, Lampung berbatasan dengan propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sedangkan bagian baratnya dibatasi oleh Samudera Indonesia. Selat Sunda membatasi bagian selatan wilayah ini, sedangkan bagian timur dibatasi oleh Laut Jawa. Letak wilayah Lampung secara geografis tersebut dianggap cukup strategis karena berperan sebagai penghubung antar pulau Jawa dan Sumatera.
Dalam perkembangannya, daerah Lampung yang
memiliki wilayah seluas 35,288.35 km2 ini telah mengalami beberapa perubahan
budaya dan pergeseran tata cara kehidupan, namun tetap tanpa mengubah apa yang
telah menjadi tradisi mereka yang telah dilestarikan secara turun temurun.
1.2
Perumusan Masalah
1.2.1. Apa sajakah unsur-unsur kebudayaan
dari masyarakat Lampung way kanan?
1.2.2. Apakah yang merupakan fokus kebudayaan masyarakat Lampung way kanan?
1.2.3. Apakah yang merupakan etos kebudayaan masyarakat Lampung way kanan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.2.2. Apakah yang merupakan fokus kebudayaan masyarakat Lampung way kanan?
1.2.3. Apakah yang merupakan etos kebudayaan masyarakat Lampung way kanan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Mengetahui unsur kebudayaan
masyarakat Lampung di way kanan.
1.3.2. Mengetahui unsur fokus kebudayaan
masyarakat Lampung di way kanan.
1.3.3. Mengetahui unsur kebudayaan yang
merupakan etos kebudayaan masyarakat Lampung di way kanan.
1.4
Metodologi Penelitian
Dalam Penelitian ini,saya menggunakan metode
pengumpulan data dan wawancara.
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
2.1
Pengertian kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang
berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan diartikan sebagai hal-hal
yang bersangkutan dengan budi dan akal. Kata kebudayaan dalam bahasa Inggris
diterjemahkan dengan istilah culture dan dalam bahasa Belanda disebut cultuur.
Kedua kata ini berasal dari bahasa Latin colere, yang berarti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Dengan demikian,
culture atau cultuur diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk
mengolah dan mengubah alam.
Beberapa ahli antopologi memberikan definisi
kebudayaan sebagai berikut :
* Melville J. Herkovits memandang kebudayaan sebagai suatu yang superorganic karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kelahiran dan kematian.
* Melville J. Herkovits memandang kebudayaan sebagai suatu yang superorganic karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kelahiran dan kematian.
* Edward B. Taylor melihat kebudayaan
merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan tang
didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
* Ralph Linton mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap, dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.
* Ralph Linton mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap, dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.
* Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
merumskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau
kebudayaan jasmaniah (material culture) yang deperlukan oleh manusia untuk
menguasai alam sekitarnya. Rasa yang meliputi jiwa manusi, mewujudkan segala
kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah
kemasyarakatan dalam arti yang luas. Di dalamnya termasuk agama, ideologi,
kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia
yang hidup sebagai anggota masyarakat. Cipta merupakan kemampuan mental,
kemampuan berpikir orang-orang yang hidup bermasyarakat dan yang antara lai
menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Semua karya, ras, dan cipta ini
dikuasai oleh karsa orang-orang yang menentukan kegunaanya agar sesuai dengan
kepentingan sebagian besar atau seluruh masyarakat.
* Ilmu antropologi memberi definisi tentang
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar (Koentjaraningrat).
Beberapa ahli antropologi memberikan
definisi kebudayaan yang dapat digunakan untuk kepentingan praktis dan bersifat
operasional. Kebudayaan adalah sistem nilai, norma, pengetahuan, keyakinan dan
kepercayaan yang dimiliki orang individi melalui proses belajar dan digunakan
untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Dari berbagai definisi di atas, dapat kita
simpulkan bahwa kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia. Perwujudan kebudayaan
meliputi benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, baik berupa pla perilaku, bahasa maupun benda-benda atau hasil
ciptaan manusia lainnya, seperti peralatan hidup, organisasi sosial, religi,
dan seni. Kesemuanya ditujukan untuk membantu manusi dalam mempertahankan
hidupnya.
Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat
digolongkan atas kebudayaan yang bersifat abstrak dan kebudayaan yang bersifat
konkrit.
Kebudayaan yang bersifat abstrak ini
letaknya ada di dalam pikiran manusia sehingga tidak dapat diraba atau difoto.
Misalnya, terwujud sebagai ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan, dan
cita-cita. Jadi, budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dri
kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang merupakan cita-cita atau harapan bagi
manusia sesuai dengan ukuran yang telah menjadi kesepakatan. Sekarang wujud
ideal ini banyak tersimpan dalam karangan-karangan dan buku-buku.
Kebudayaan yang bersifat konkrit, wujudnya
berpola dari tindakan atau perbuatan dan aktivitas manusia di dalam masyarakat
yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan, atau difoto. Koentjaraningrat
menyebut sifat konkrit kebudayaan dengan sistem sosial dan fisik, yang terdiri
atas perilaku, bahasa, dan materi.
2.2
Unsur-unsur kebudayaan
Kebudayaan setiap masyarakat tentu terdiri
dari unsur-unsur tertentu yang merupakan bagian dari suatu kebulatan, yakni
kebudayaan itu sendiri. Ada
7 unsur kebudayaan yang bersifat universal. Unsur-unsur tersebut ialah:
2.2.1. Peralatan dan perlengkapan hidup
Hasil karya manusia melahirkan teknologi
atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama melindungi masyarakat
dari lingkungannya. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi,
memakai, memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi pada
hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh unsur berikut ini:
* Alat-alat produktif
Alat-alat produktif adalah alat-alat yang
berfungsi untuk melaksanakan suatu pekerjaan produktif seperti jala ikan, alat
penenun kain, alat pemintal benang, cangkul, bajak, mesin percetakan, dan
kendaraan.
* Senjata
Dalam masyarakat tradisional, selain
digunakan untuk membela diri dari ancaman kelompok lain maupun binatang buas,
berburu dalam rangka memenuhi kebutuhan akan daging. Dalam hal ini senjata
berfungsi sebagai alat produktif. Dalam masyarakat modern, senjata digunakan
sebagai alat membela diri dan olahraga.
* Wadah
Wadah adalah alat atau piranti yang
berfungsi untuk menampung, menimbun, dan menyimpan barang-barang seperti
periuk, piring, guci, dan teko. Bahan-bahan dasarnya dapat berasal dari bambu,
kayu, kulit, tanah, batu, kaca, dan logam.
* Pakaian dan perhiasan
Bahan pakaian yang kita kenal sejak dulu
dapat berupa dedaunan, kulit pohon atau hewan, hingga bahan-bahan yang ditenun
dengan teknologi tertentu. Berdasarkan fungsinya, pakaian dibedakan atas
pakaian yang semata-mata untuk menahan pengaruh iklim, pakaian sebagai lambang
keunggulan dan gengsi, pakaian sebagai lambang kesucian, dan pakaian sebagai
perhiasan badan. Sebagai perlengkapan busana, manusia mengenal berbagai
perhiasan yang terbuat dari beragam bahan, seperti aluminium, emas, tembaga,
hingga kerangka hewan seperti siput. Pada zaman dahulu, orang yang menggunakan
perhiasan dari emas hampir di seluruh tubuhnya menunjukkan kalau ia berasal
dari kalangan bangsawan atau kerajaan.
* Tempat berlindung atau perumahan
Wujud kebudayaan yang paling menonjol pada
masyarakat hingga saat ini adalah tempat berlindung. Pada masyarakat
tradisional, rumah umumnya dalam gua tanah atau batu dan rumah dedaunan atau
kulit kayu. Pada masyarakat modern, perumahan dibangun dengan ukuran, bentuk,
dan bahan-bahan yang bervariasi.
* Alat-alat transportasi
Pada zaman ini alat transportasi tidak hanya
dipakai sebagai alat transportasi tetapi juga alat rekreasi dan olahraga. Juga
dapat menjadi tanda kelas sosial seseorang.
2.2.2 Sistem mata pencaharian
* Berburu dan meramu
Merupakan jenis mata pencaharian masyarakat
yang paling tua. Berburu dilakukan langsung dengan menangkap dan mengkonsumsi
hewan buruan. Meramu dengan cara mengambil berbagai tumbuhan dari hutan.
Kegiatan perburuan menggunakan teknik-teknik konvensional seperti dengan tombak,
juga dengan ilmu gaib.
* Beternak
Merupakan salah satu mata pencaharian yang
diusahakan secara besar dan terdapat di berbagai daerah. Beberapa suku bangsa
peternak menunjukkan sifat-sifat yang agresif dikarenakan kepentingan mereka
untuk menjaga keamanan ternak-ternak mereka. Zaman dahulu, kegiatan peternakan
dilakukan dalam lingkup keluarga, dimana pekerja peternakan adalah anggota
keluarga. Zaman sekarang aktivitas ini telah berkembang seperti kegiatan
ekonomi lainnya.
* Bertani
Pada masyarakat tradisional, pengolahan
tanah pertanian masih dilakukan dengan teknologi-teknologi sederhana. Tuan
tanah adalah pemilik tanah pertanian. Buruh tani adalah pengolah tanah
pertanian tersebut. Pada masyarakat modern, pengolahan tanah dilakukan dengan mmanfaatkan
teknologi mutakhir.
* Menangkap ikan
Merupakan mata pencaharian yang cukup tua
selain berburu dan meramu. Menangkap ikan umumnya merupakan usaha sambilan
selain bercocok tanam. Pada masyarakat tradisional, kegiatan ini umumnya
dilakukan dengan teknologi sederhana.
2.2.3 Sistem kemasyarakatan
2.2.3.1 Sistem kekerabatan
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang
terdiri dari beberapa keluarga yang mempunyai hubungan darah atau hubungan
perkawinan. Kelompok kekerabatan umumnya dapat dibedakan atas beberapa macam,
yaitu:
1.Keluarga
Ambilineal Kecil
Kelompok ini beranggotakan 25-30 orang.
Mereka hidup dalam jangka waktu tertentu, saling mengenal, dan memahami
hubungan kekerabatan mereka. Keluarga ini menghidupkan rasa kepribadian karena
menguasai sejumlah harta produktif yang dapat dinikmati oleh keluarganya,
seperti tanah, sawah, ternak.
2) Keluarga Ambilineal Besar
Anggotanya terdiri atas beberapa generasi yang
turun-menurun dengan jumlah warganya mencapai ratusan. Anggota kelompok tidak
saling mengenal secara mendalam. Mereka berkumpul pada saat upacara keagamaan.
3) Klen (Clan) Kecil
Merupakan suatu kelompok kekerabatan dimana
satu dengan yang lainnya terikat melalui garis-garis keturunan laki-laki atau
perempuan saja. Mereka saling mengenal dan tinggal bersama dalam satu
lingkungan.
4) Klen (Clan) Besar
Merupakan suatu kelompok kekerabatan terdiri
dari semua keturunan seorang nenek moyang baik laki-laki maupun perempuan.
Keanggotaannya ditarik melalui garis keturunan ibu atau ayah. Jumlahnya
mencapai ribuan orang. Mereka tidak saling mengenal, umumnya disatukan dan
terikat oleh tanda-tanda lahiriah yang dimiliki oleh klen itu.
5) Fratri
Merupakan kelompok-kelompok kekerabatan yang
patrilineal atau matrilineal. Sifatnya lokal dan merupakan gabungan dari kelompok
klen besar maupun kecil.
6) Paroh Masyarakat (Moeity)
Adalah kelompok kekerabatan gabungan klen
seperti fratri tetapi selalu merupakan separoh dari suatu masyarakat.
2.2.3.2 Organisasi Sosial
Adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat baik yang berbadan hukum maupun tidak, berfungsi sebagai sarana
partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.
Berdasarkan kegiatannya organisasi sosial
dapat dikelompokkan menjadi:
·Bidang pendidikan: sekolah, universitas,
organisasi profesi pendidikan
·Bidang kesejahteraan sosial: panti asuhan,
panti jompo
·Bidang kesehatan: yayasan kesehatan, rumah
sakit, balai pengobatan
·Bidang keadilan: lembaga bantuan hokum
2.2.4 Bahasa
Merupakan alat perwujudan budaya yang
digunakan manusia untuk saling berkomunikasi. Bahasa dapat berupa tulisan,
lisan, isyarat.
Fungsi khusus bahasa:
·Mengadakan hubungan dalam pergaulan
sehari-hari (fungsi praktis)
·Mewujudkan seni apabila manusia mengolah
bahasa secara indah
·Mempelajari naskah-naskah kuno
·Mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan
teknologi
2.2.5 Kesenian
Mengacu pada nilai keindahan yang berasal
dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan sekitarnya. Dipandang dari sudut
kesenian sebagai keindahna yang dinikmati, ada dua lapangan besar , yaitu:
·Seni Rupa: seni patung, seni relief, seni
lukis, seni tari.
·Seni suara: seni vokal, seni instrumental,
seni sastra.
Lapangan kesenian yang mencakup kedua
lapangan diatas adalah seni drama yang mengandung unsur-unsur pengintegrasian
semua seni.
2.2.6 Sistem Ilmu dan Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesutau yang
diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan dan harapan. Sistem pengetahuan
secara umum dikelompokkan atas:
·Pengetahuan tentang alam, meliputi
pengetahuan tentang musim atau gejala alam dari dongeng maupun mitos.
·Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan
hewan dalam rangka memenuhi kebutuhan akan bahan-bahan makanan dan perumahan
dari tumbuh-tumbuhan. Pengetahuan ini berkembang menjadi pengetahuan tentang
obat-obatan.
·Pengetahuan tentang tubuh manusia,
ditujukkan untuk usaha pengobatan berbagai penyakit.
·Pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku
sesama manusia, untuk mengatur pergaulan manusia. Contohnya pengetahuan tentang
tanda-tanda tubuh, sopan santun pergaulan, norma, dan hukum.
·Pengetahuan tentang ruang dan waktu,
dikembangkan untuk menghitung jumlah-jumlah yang besar, mengukur tinggi, dan
menentukan penanggalan.
2.2.7 Sistem Kepercayaan (Religi)
Edward Burnett Taylor mengemukakan bahwa
tumbuhnya religi dimulai dari kesadaran manusia akan adanya roh yang tidak
nyata di alam ini. R. Marett mengemukakan bahwa manusia mengenal religi sejak
mereka masih hidup sederhana, dimulai dengan kepercayaan animisme dan pra
animisme. Bangsa Indonesia saat ini memiliki 5 agama yang diakui.
Ketujuh unsur pokok di atas disebut sebagai
kebudayaan universal (cultural universal). Unsur-unsur kebudayaan ini masih
dapat dipecah-pecah lagi menjadi nsur-unsur kebudayaan yang lebih kecil lagi.
Ralph Linton menyebutnya sebagai kegiatan-kegiatan kebudayaan (cultural
activity). Contoh: cultural universal sistem mata pencaharian, masih dipecah
lagi atas cultural activity pertanian, peternakan, nelayan, pedagang, dan
sebagainya.
Ralph Linton merinci kembali kegiatan-kegiatan kebudayaan tersebut menjadi unsur-unsur yang lebih kecil lagi yang disebut trait complex. Contoh, kegiatan pertanian dirinci lagi atas unsur-unsur seperti irigasi, sistem pengolahan tanah dengan bajak. Selanjutnya trait complex dirinci lagi menjadi traits. Contoh, trait complex mengolah tanah dengan bajak dirinci lagi menjadi teknik mengendalikan bajak. Selanjutnya traits dapat dirinci lagi ke unsur yang lebih kecil lagi yakni items. Contoh, alat bajak bisa dirinci lagi menjadi bagian-bagian tertentu seperti tiang penarik, pisau bajak, dan kemudi.
2.3 Fokus kebudayaan
Ralph Linton merinci kembali kegiatan-kegiatan kebudayaan tersebut menjadi unsur-unsur yang lebih kecil lagi yang disebut trait complex. Contoh, kegiatan pertanian dirinci lagi atas unsur-unsur seperti irigasi, sistem pengolahan tanah dengan bajak. Selanjutnya trait complex dirinci lagi menjadi traits. Contoh, trait complex mengolah tanah dengan bajak dirinci lagi menjadi teknik mengendalikan bajak. Selanjutnya traits dapat dirinci lagi ke unsur yang lebih kecil lagi yakni items. Contoh, alat bajak bisa dirinci lagi menjadi bagian-bagian tertentu seperti tiang penarik, pisau bajak, dan kemudi.
2.3 Fokus kebudayaan
Fokus kebudayaan adalah suatu kebudayaan
yang memiliki suatu atau beberapa pranata tertentu yang merupakan unsur pokk
dalam kebudayaan mereka sehingga unsur itu disukai oleh sebagian besar warga
masyarakatnya dan dengan demikian mendominasi banyak aktivitas dalam kehidupan
masyarakat mereka.
Contoh tentang fokus kebudayaan ini adalah
unsur kesenian dalam masyarakat Bali, gerakan kebatinan dan mistik dalam
kebudayaan golongan masyarakat priyayi di Jawa Tengah, peperangan antarfederasi
kelompok kekerabatan dalam masyarakat suku bangsa Dani di Irian Jaya.
2.4
Etos kebudayaan
Etos kebudayaan adalah suatu watak khas dari
suatu kebudayaan yang sangat sering diperlihatkan oleh masyarakat pendukung
kebudayaan tersebut, sehingga watak khas tersebut tampak atau dengan mudah
diketahui oleh orang-orang di luar pendukung kebudayaan tersebut. Biasanya
watak khas yang dimaksud akan terlihat pada gaya tingkah laku,
kegemaran-kegemaran, dan benda-benda hasil karya mereka.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat umum adalah misalnya seorang berkebudayaan Batak yang belum mengenal kebudayaan Jawa akan mengatakan bahwa watak khas kebudayaan Jawa adalah keselarasan, kesuraman, ketenangan berlebih-lebihan yang berakibat pada kelambanan dan menjelimet.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat umum adalah misalnya seorang berkebudayaan Batak yang belum mengenal kebudayaan Jawa akan mengatakan bahwa watak khas kebudayaan Jawa adalah keselarasan, kesuraman, ketenangan berlebih-lebihan yang berakibat pada kelambanan dan menjelimet.
Ruth Benedict meneliti tentang etos
kebudayaan dengan hasil penelitian sebagai berikut:
· Watak Dionysian
· Watak Dionysian
Kebudayaan yang memancarkan sifat agresif,
menghargai watak yang ketat dan inisiatif individu, memiliki konsepsi bahwa
rohani seseorang dapat diperkuat dengan cara sengaja mencari kesukaran dan
dengan menyakiti diri, Misalnya kebudayaan Indian Crow di Amerika.
· Watak Apollonian
Watak yang memancarkan ketenangan,
keseimbangan, dan keselarasan yang tidak menghendaki keadaan jiwa yang
berlebih-lebihan atau yang mengganggu dan curiga terhadap sikap yang
individualistis. Misalnya orang Indian Zuni di barat daya Amerika Serikat.
· Watak Paranoid
· Watak Paranoid
Watak khas yang memancarkan tipu muslihat,
kelicikan, dan sifat-sifat pengecut, gemar ilmu sihir dan guna-guna untuk
merugikan orang lain tanpa membahayakan diri sendiri, di mana setiap orang
takut kepada dan membenci orang lain. Contohnya orang Dobu di Kepulauan
Melanesia.
· Watak Megalomaniac
Watak khas yang memancarkan sifat agresif,
penyaing, besar mulut, dan suka mengagung—agungkan diri. Contohnya orang Indian
Kwakiuti di Kanada.
BAB III
PEMBAHASAN dan ANALISIS
3.1 Tujuh
Unsur Kebudayaan Lampung
3.1.1 Bahasa
Bahasa Lampung, adalah sebuah
bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun Lampung di Propinsi Lampung, selatan palembang
dan pantai barat Banten.
Bahasa ini termasuk
cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia barat dan dengan ini masih
dekat berkerabat dengan bahasa Sunda, bahasa Batak, bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Melayu dan sebagainya.
Berdasarkan peta bahasa,
Bahasa Lampung memiliki dua subdilek. Pertama, dialek A (api) yang dipakai oleh
ulun Sekala Brak, Melinting Maringgai, Darah Putih Rajabasa, Balau Telukbetung,
Semaka Kota Agung, Pesisir Krui, Ranau, Komering dan Daya (yang beradat Lampung
Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun).
Kedua, subdialek O (nyo) yang dipakai oleh ulun Abung dan Tulangbawang (yang beradat
Lampung Pepadun).
Dr Van Royen
mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek, yaitu Dialek Belalau
atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow.
Aksara lampung yang disebut
dengan Had Lampung adalah bentuk
tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam
tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam
Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda
kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan
melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama
tersendiri.
Artinya Had Lampung
dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki
bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong,
Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk,
anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka
dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca
dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.
Aksara lampung telah
mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya Had Lampung kuno jauh lebih kompleks. Sehingga
dilakukan penyempurnaan sampai yang dikenal sekarang. Huruf
atau Had Lampung yang diajarkan di sekolah sekarang adalah hasil dari
penyempurnaan tersebut.
3.1.2 Peralatan dan
Perlengkapan Hidup
- Tapis
Tapis
adalah kain khas Lampung yang terbuat dari tenunan benang kapas dengan hiasan
motif, sulaman benang emas atau perak. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik
ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi
waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang
dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam
hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi.
Tapis
dapat dibedakan menurut pemakaiannya, seperti contohnya:
· Tapis
Jung Sarat: Dipakai oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Dapat
juga dipakai oleh kelompok isteri kerabat yang lebih tua yang menghadiri
upacara mengambil gelar, serta muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.
· Tapis
Bidak Cukkil: Model kain Tapis ini dipakai oleh laki-laki pada saat menghadiri
upacara-upacara adat.
· Tapis
Silung: Dipakai oleh kelompok orang tua yang tergolong kerabat dekat pada
upacara adat seperti mengawinkan anak, pengambilan gelar, khitanan dan
lain-lain. Dapat juga dipakai pada saat pengarakan pengantin
· Tapis
Tuho: Tapis ini dipakai oleh seorang isteri yang suaminya sedang mengambil
gelar sutan. Dipakai juga oleh kelompok orang tua (mepahao) yang sedang
mengambil gelar sutan serta oleh isteri sutan dalam menghadiri upacara
pengambilan gelar kerabatnya yang dekat.
- Jangat
Jangat
adalah alat untuk menghaluskan belahan-belahan rotan. Dibuat dari bahan besi
lengkung tipis dan tajam yang ditancapkan di atas potongan batang kayu. Mata
pisaunya dibuat sendiri atau dapat dibeli. Cara pemakaiannya adalah:
belahan-belahan rotan yang panjang dimasukkan di antara kedua pisau besi itu,
kemudian silih berganti ditarik.
3.1.3 Sistem Mata
Pencaharian
Sebagian besar mata
pencaharian masyarakat Lampung adalah agraris; pertanian dan perkebunan serta
perikanan. Hasil bumi yang terkenal dari daerah pedalaman adalah lada hitam dan
lada putih. Sedangkan dari daerah pesisir banyak menghasilkan kopi, kakao,
kelapa hibrida, padi dan perikanan. Pada masa sekarang banyak penduduk yang
merantau untuk mengubah nasib dan ingin berkembang.
3.1.4 Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan
Lampung menarik garis dari ayah atau patrilineal. Bentuk perkawinan pada
umumnya pihak laki-laki lah yang melamar dan pada hari pertama lamaran membawa
hantaran berupa buah, kue-kue disertai alunan musik gamelan; Talo Balak. Pada
perkawinan pun diberlakukan penyembelihan kepala kerbau minimal 1 ekor. Pada
masyarakat Lampung Pedalaman memiliki peraturan yang ketat yaitu pasangan yang
sudah menikah tidak boleh bercerai, jika terpaksa bercerai akan dikenakan denda
sebesar 50gram emas dibayar kepada pihak yang diceraikan. Lain hal dengan
masyarakat Lampung Pesisir diperbolehkan kawin cerai, misalkan jika pasangan
tersebut tidak memiliki keturunan dan harus berpisah. Bagi Masyarakat Pesisir,
sangat memalukan jika terjadi kawin lari atau disebut sebambangan, karena
dianggap seperti mencoreng nama keluarga sendiri.
3.1.5 Sistem Kesenian
Sastra
Lampung menjadi lahan
yang subur bagi pertumbuhan sastra, baik sastra
(berbahasa) Indonesia maupun sastra (berbahasa) Lampung.
Kehidupan sastra (Indonesia) di Lampung dapat dikatakan sangat ingar-bingar
meskipun usia dunia kesusastraan Lampung relatif masih muda. Penyair Iwan
Nurdaya-Djafar yang baru kembali ke Lampung setelah selesai
kuliah di Bandung sekitar 1980-an mengaku kepenyairan di
Lampung masih sepi. Dia baru menjumpai Isbedy Stiawan ZS,
A.M.
Zulqornain, Sugandhi
Putra, Djuhardi
Basri, Naim
Emel Prahana, dan beberapa nama lainnya.
Barulah memasuki 1990-an
kemudian Lampung mulai semarak dengan penyair-penyair seperti Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad
Yulden Erwin, Christian
Heru Cahyo, dan lain-lain. Menyusul kemudian Ari
Pahala Hutabarat, Budi
Elpiji, Rifian
A. Chepy, Dahta Gautama dkk.
Kini ada Dina Oktaviani,
Alex
R. Nainggolan, Jimmy
Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit
Putria Marga, Nersalya
Renata, dan Lupita
Lukman. Selain itu ada cerpenis Dyah Merta dan M. Arman
AZ..
Leksikon Seniman Lampung (2005) menyebutkan tidak kurang dari 36 penyair/sastrawan
Lampung yang meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal, dan majalah
seantero negeri.
Teater
Perkembangan teater di
Lampung banyak dilatarbelakangi dari keinginan para pelajar dan mahasiswa yang
tergabung dalam kelompok seni untuk mendalami seni peran dan pertunjukkan.
Beberapa kelompok teater kampus dan pelajar yang masih tercatat aktif sampai
saat ini adalah teater Kurusetra (UKMBS Unila), KSS (FKIP Unila), Green Teater
(Umitra), Teater Biru (Darmajaya), Teater Kapuk (STAIN Metro), Teater Sudirman
41 (SMUN 1 Bdl), Teater Gemma (SMUN 2 Bdl), Teater Palapa (SMUN 3 Bdl), Teater
Madani(SMUN 5 Bdl), Teater Handayani (SMUN 7 Bdl),Kolastra (SMUN 9 Bdl), Teater
sebelas (SMUN 11 Bdl), Teater Pelopor (SMU Perintis 1 Bdl), Insyaallah Teater
(SMU Perintis 2 Bdl), Teater Cupido (SMUN 1 Sumberjaya).
Sedangkan beberapa
teater yang digerakkan seniman-seniman Lampung yaitu Teater Satu, Komunitas
Berkat Yakin (Kober), Teater Kuman, Teater Sendiri. Penggerak teater di Lampung
yang masih eksis mengembangkan seni pertunjukkan teater melalui karya-karyanya
antara lain Iswadi Pratama, Ari Pahala Hutabarat, Robi akbar, M. Yunus, Edi
Samudra Kertagama, Ahmad Jusmar, Imas Sobariah, Ahmad Zilalin, Darmawan.
Lampung tidak hanya dikenal banyak melahirkan sastrawan-sastrawan baru namun aktor-aktor
potensial pun juga tidak sedikit yang muncul seperti, Rendie Dadang Yusliadi,
Robi Akbar, Eyie, Iin Mutmainah, M Yunus, Dedi Nio, Liza Mutiara Afriani,
Iskandar GB, Ruth Marini.
Dalam tiap tahunnya
even-even teater seperti pertunjukkan, lomba, workshop dan diskusi kerap
digelar di Provinsi ini serta tempat tempat yang sering digunakan adalah Gedung
Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Auditorium RRI, GSG UNILA, Academic
Centre STAIN Metro, Gedung PKM Unila, Aula FKIP Unila, Pasar Seni Enggal.
Adapun even tahunan
teater yang terbesar di Lampung adalah Liga Teater SLTA se-Provinsi Lampung
sebagai ajang apresiasi para aktor Pelajar LAmpung yang kualitasnya tidak kalah
dengan pelajar di luar Lampung.
Musik
Sebagaimana sebuah
daerah, Lampung
memiliki beraneka ragam jenis musik, mulai dari jenis tradisional hingga modern
(musik modern yang mengadopsi kebudayaan musik global.red).
Adapun jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah: Klasik Lampung,
jenis musik ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik.
Mungkin jenis musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu
sendiri. Beberapa kegiatan festival diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan
budaya musik tradisional tanpa harus khawatir akan kehilangan jati diri.
Festival Krakatau contohnya, adalah sebuah Festival yang
diadakan oleh Pemda Lampung yang bertujuan untuk mengenalkan Lampung kepada
dunia luar dan sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata.
Tari
Ada berbagai jenis
tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung. Salah satu jenis tarian
yang terkenal adalah Tari
Sembah dan Tari
Melinting(saat ini nama Tari Sembah sudah dibakukan menjadi Sigeh
Penguten). Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat
lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau
undangan yang datang, mungkin bolehlah dikatakan sebagai sebuah tarian
penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap kali
dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung.
3.1.6 Sistem Kepercayaan (Religi)
Masyarakat Lampung pada
masa lampau menganut sistem kepercayaan dinamisme yaitu menyembah benda-benda
keramat seperti pohon yang berusia ratusan tahun dan diberi sesajen. Pengaruh
Hindu pun cukup kental terutama bagi masyarakat daerah pedalaman. Saat
mengadakan Ritual Pengangkatan Gelar Kepala Adat diharuskan untuk
mempersembahkan kepala kerbau, kerbau yang dipilih harus benar-benar berwarna
hitam dan jika memiliki kekayaan lebih, kepala adat tersebut bisa
mempersembahkan sampai 24 kerbau, tetapi hanya 1 kepala kerbau yang
disimbolkan. Pada masa ini, masyarakat Lampung didominasi oleh agama Islam yang
dibawa oleh Sultan Hasannudin.
3.1.7 Sistem Ilmu Pengetahuan
3.1.7 Sistem Ilmu Pengetahuan
Masyarakat Lampung
mempercayai garuda sebagai pembawa berita. Misal pemberitahuan tentang adanya
bencana. Masyarakat Lampung tidak mempercayai sistem penaggalan seperti halnya
pada masyarakat Jawa yang bergantung pada sistem penanggalan dan pembacaan rasi
bintang saat memulai masa bertani.
3.2
Fokus Kebudayaan Lampung
Menurut sumber dari
website http://ulunlampung.blogspot.com/2007/02/nasib-bahasa-lampung.html ,
unsur kebudayaan yang paling dominan adalah bahasa, karena bahasa merupakan
unsur terpenting dalam pembentukan masyarakat Lampung. Bahasa Lampung juga
memiliki aksara sendiri (Had Lampung (KaGaNga), serta memiliki keragaman dalam
hal sastra, seperti pattun (pantun), pepatcur, pisaan, adi-adi, segata,
sesikun, memmang, wawancan, hahiwang,dan wayak. Hal ini menunjukan bahasa
Lampung merupakan bahasa yang maju.
3.3 Etos Budaya Lampung
Menurut kitab Kuntara
Raja Niti, orang Lampung memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
(1) piil-pusanggiri
(malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri)
(2) juluk-adok
(mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya)
(3) nemui-nyimah (saling
mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu)
(4) nengah-nyampur
(aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis)
(5) sakai-sambaian
(gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya).
BAB IV
KESIMPULAN
Dari penelitian saya mengenai kebudayaan Lampung khususnya masyarakat way kanan, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yang diantaranya:
Perubahan Kebudayaan seiring perubahan jaman yang terjadi sekarang ini, ada beberapa
unsur kebudayaan masyarakat lampung terutama daerah way kanan mengalami sedikit
pergeseran yang salah satunya terdapat pada unsur religi yaitu perubahan agama
yang dianut, yang semula kepercayaan masyarakat lampung dinamisme dan Hindu
menjadi mayoritas beragama Islam. Dari sisi perlengkapan hidup, sebagian masyarakat Lampung terutama masyarakat way
kanan telah menyesuaikan dengan keadaan masyarakat modern dengan mengganti
peralatan-peralatan hidupnya menjadi lebih modern. Pakaian adat yang digunakan
sebagai pakaian sehari-hari juga mulai dititnggalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar