Rabu, 07 Desember 2011

makalah antropologi


BAB I

PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Permasalahan
Indonesia terdiri atas banyak aneka suku bangsa yang tersebar di segala penjuru nusantara. Setiap suku mempunyai kebudayaan, adat istiadat, pandangan, serta cara memenuhi kebutuhan hidup yang berbeda-beda. Kini, makalah ini akan membahas tentang masyarakat yang hidup di daerah Lampung, mulai dari unsur kebudayaan hingga apa yang menjadi fokus dan etos mereka.
Melalui Pelabuhan Internasional Teluk Lampung, Lampung telah berhubungan dengan negara Cina dan India sejak awal abad ke-13. Catatan musafir Tiongkok yang pernah mengunjungi Indonesia pada abad VII, yaitu I Tsing disebutkan bahwa Lampung itu berasal dari kata To-lang-po-hwang. To berarti orang dalam bahasa Toraja, sedangkan Lang-po-hwang kepanjangan dari Lampung. Jadi, To-lang-po-hwang berarti orang Lampung.
Portugis memasuki Lampung dari Tahun 1511 hingga 1518, selanjutnya Lampung berada di bawah kesultanan Banten. Tahun 1808 jatuh ketangan Belanda, kemudian dijajah oleh Inggris tahun 1817 dan tahun 1856 Perang Lampung berakhir, namun kolonialisme Belanda tetap berlanjut hingga tahun 1949 diselingi Jepang pada tahun 1942. Karena pernah dipengaruhi oleh berbagai budaya, latar belakang tersebut memperkaya kebudayaan Lampung. Sebelum diakui menjadi suatu propinsi Lampung secara resmi berdasarkan UU no. 14 tahun 1964 pada 8 Maret 1964, Lampung merupakan wilayah karesidenan yang tergabung dalam Propinsi Sumatera Selatan.
Masyarakat adat Lampung terdiri atas dua golongan, yaitu masyarakat Pepadun (Pedalaman) dan Pesisir. Kedua masyarakat tersebut mempunyai tempat bermukim yang berbeda. Keduanya pun memiliki adat istiadat serta sifat yang sedikit berbeda, sehingga menarik untuk dipelajari dan dilihat perbedaannya lebih lanjut.
Di sebelah utara, Lampung berbatasan dengan propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sedangkan bagian baratnya dibatasi oleh Samudera Indonesia. Selat Sunda membatasi bagian selatan wilayah ini, sedangkan bagian timur dibatasi oleh Laut Jawa. Letak wilayah Lampung secara geografis tersebut dianggap cukup strategis karena berperan sebagai penghubung antar pulau Jawa dan Sumatera.
Dalam perkembangannya, daerah Lampung yang memiliki wilayah seluas 35,288.35 km2 ini telah mengalami beberapa perubahan budaya dan pergeseran tata cara kehidupan, namun tetap tanpa mengubah apa yang telah menjadi tradisi mereka yang telah dilestarikan secara turun temurun.

1.2 Perumusan Masalah
1.2.1. Apa sajakah unsur-unsur kebudayaan dari masyarakat Lampung way kanan?
1.2.2. Apakah yang merupakan fokus kebudayaan masyarakat Lampung way kanan?
1.2.3. Apakah yang merupakan etos kebudayaan masyarakat Lampung way kanan?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Mengetahui unsur kebudayaan masyarakat Lampung di way kanan.
1.3.2. Mengetahui unsur fokus kebudayaan masyarakat Lampung di way kanan.
1.3.3. Mengetahui unsur kebudayaan yang merupakan etos kebudayaan masyarakat Lampung di way kanan.

1.4 Metodologi Penelitian
Dalam Penelitian ini,saya menggunakan metode pengumpulan data dan wawancara.






BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL



2.1 Pengertian kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Kata kebudayaan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah culture dan dalam bahasa Belanda disebut cultuur. Kedua kata ini berasal dari bahasa Latin colere, yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Dengan demikian, culture atau cultuur diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Beberapa ahli antopologi memberikan definisi kebudayaan sebagai berikut :
* Melville J. Herkovits memandang kebudayaan sebagai suatu yang superorganic karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kelahiran dan kematian.
* Edward B. Taylor melihat kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan tang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
* Ralph Linton mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap, dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu
.
* Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang deperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya. Rasa yang meliputi jiwa manusi, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas. Di dalamnya termasuk agama, ideologi, kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir orang-orang yang hidup bermasyarakat dan yang antara lai menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Semua karya, ras, dan cipta ini dikuasai oleh karsa orang-orang yang menentukan kegunaanya agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar atau seluruh masyarakat.
* Ilmu antropologi memberi definisi tentang kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat).

Beberapa ahli antropologi memberikan definisi kebudayaan yang dapat digunakan untuk kepentingan praktis dan bersifat operasional. Kebudayaan adalah sistem nilai, norma, pengetahuan, keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki orang individi melalui proses belajar dan digunakan untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

Dari berbagai definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia. Perwujudan kebudayaan meliputi benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, baik berupa pla perilaku, bahasa maupun benda-benda atau hasil ciptaan manusia lainnya, seperti peralatan hidup, organisasi sosial, religi, dan seni. Kesemuanya ditujukan untuk membantu manusi dalam mempertahankan hidupnya.
Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan atas kebudayaan yang bersifat abstrak dan kebudayaan yang bersifat konkrit.
Kebudayaan yang bersifat abstrak ini letaknya ada di dalam pikiran manusia sehingga tidak dapat diraba atau difoto. Misalnya, terwujud sebagai ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan, dan cita-cita. Jadi, budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dri kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang merupakan cita-cita atau harapan bagi manusia sesuai dengan ukuran yang telah menjadi kesepakatan. Sekarang wujud ideal ini banyak tersimpan dalam karangan-karangan dan buku-buku.
Kebudayaan yang bersifat konkrit, wujudnya berpola dari tindakan atau perbuatan dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan, atau difoto. Koentjaraningrat menyebut sifat konkrit kebudayaan dengan sistem sosial dan fisik, yang terdiri atas perilaku, bahasa, dan materi.

2.2 Unsur-unsur kebudayaan
Kebudayaan setiap masyarakat tentu terdiri dari unsur-unsur tertentu yang merupakan bagian dari suatu kebulatan, yakni kebudayaan itu sendiri. Ada 7 unsur kebudayaan yang bersifat universal. Unsur-unsur tersebut ialah:

2.2.1. Peralatan dan perlengkapan hidup
Hasil karya manusia melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama melindungi masyarakat dari lingkungannya. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi pada hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh unsur berikut ini:
* Alat-alat produktif
Alat-alat produktif adalah alat-alat yang berfungsi untuk melaksanakan suatu pekerjaan produktif seperti jala ikan, alat penenun kain, alat pemintal benang, cangkul, bajak, mesin percetakan, dan kendaraan.
* Senjata
Dalam masyarakat tradisional, selain digunakan untuk membela diri dari ancaman kelompok lain maupun binatang buas, berburu dalam rangka memenuhi kebutuhan akan daging. Dalam hal ini senjata berfungsi sebagai alat produktif. Dalam masyarakat modern, senjata digunakan sebagai alat membela diri dan olahraga.
* Wadah
Wadah adalah alat atau piranti yang berfungsi untuk menampung, menimbun, dan menyimpan barang-barang seperti periuk, piring, guci, dan teko. Bahan-bahan dasarnya dapat berasal dari bambu, kayu, kulit, tanah, batu, kaca, dan logam.
* Pakaian dan perhiasan
Bahan pakaian yang kita kenal sejak dulu dapat berupa dedaunan, kulit pohon atau hewan, hingga bahan-bahan yang ditenun dengan teknologi tertentu. Berdasarkan fungsinya, pakaian dibedakan atas pakaian yang semata-mata untuk menahan pengaruh iklim, pakaian sebagai lambang keunggulan dan gengsi, pakaian sebagai lambang kesucian, dan pakaian sebagai perhiasan badan. Sebagai perlengkapan busana, manusia mengenal berbagai perhiasan yang terbuat dari beragam bahan, seperti aluminium, emas, tembaga, hingga kerangka hewan seperti siput. Pada zaman dahulu, orang yang menggunakan perhiasan dari emas hampir di seluruh tubuhnya menunjukkan kalau ia berasal dari kalangan bangsawan atau kerajaan.
* Tempat berlindung atau perumahan
Wujud kebudayaan yang paling menonjol pada masyarakat hingga saat ini adalah tempat berlindung. Pada masyarakat tradisional, rumah umumnya dalam gua tanah atau batu dan rumah dedaunan atau kulit kayu. Pada masyarakat modern, perumahan dibangun dengan ukuran, bentuk, dan bahan-bahan yang bervariasi.
* Alat-alat transportasi
Pada zaman ini alat transportasi tidak hanya dipakai sebagai alat transportasi tetapi juga alat rekreasi dan olahraga. Juga dapat menjadi tanda kelas sosial seseorang.
2.2.2 Sistem mata pencaharian
* Berburu dan meramu
Merupakan jenis mata pencaharian masyarakat yang paling tua. Berburu dilakukan langsung dengan menangkap dan mengkonsumsi hewan buruan. Meramu dengan cara mengambil berbagai tumbuhan dari hutan. Kegiatan perburuan menggunakan teknik-teknik konvensional seperti dengan tombak, juga dengan ilmu gaib.
* Beternak
Merupakan salah satu mata pencaharian yang diusahakan secara besar dan terdapat di berbagai daerah. Beberapa suku bangsa peternak menunjukkan sifat-sifat yang agresif dikarenakan kepentingan mereka untuk menjaga keamanan ternak-ternak mereka. Zaman dahulu, kegiatan peternakan dilakukan dalam lingkup keluarga, dimana pekerja peternakan adalah anggota keluarga. Zaman sekarang aktivitas ini telah berkembang seperti kegiatan ekonomi lainnya.
* Bertani
Pada masyarakat tradisional, pengolahan tanah pertanian masih dilakukan dengan teknologi-teknologi sederhana. Tuan tanah adalah pemilik tanah pertanian. Buruh tani adalah pengolah tanah pertanian tersebut. Pada masyarakat modern, pengolahan tanah dilakukan dengan mmanfaatkan teknologi mutakhir.
* Menangkap ikan
Merupakan mata pencaharian yang cukup tua selain berburu dan meramu. Menangkap ikan umumnya merupakan usaha sambilan selain bercocok tanam. Pada masyarakat tradisional, kegiatan ini umumnya dilakukan dengan teknologi sederhana.

2.2.3 Sistem kemasyarakatan
2.2.3.1 Sistem kekerabatan
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan. Kelompok kekerabatan umumnya dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu:
1.Keluarga Ambilineal Kecil
Kelompok ini beranggotakan 25-30 orang. Mereka hidup dalam jangka waktu tertentu, saling mengenal, dan memahami hubungan kekerabatan mereka. Keluarga ini menghidupkan rasa kepribadian karena menguasai sejumlah harta produktif yang dapat dinikmati oleh keluarganya, seperti tanah, sawah, ternak.
2) Keluarga Ambilineal Besar
Anggotanya terdiri atas beberapa generasi yang turun-menurun dengan jumlah warganya mencapai ratusan. Anggota kelompok tidak saling mengenal secara mendalam. Mereka berkumpul pada saat upacara keagamaan.
3) Klen (Clan) Kecil
Merupakan suatu kelompok kekerabatan dimana satu dengan yang lainnya terikat melalui garis-garis keturunan laki-laki atau perempuan saja. Mereka saling mengenal dan tinggal bersama dalam satu lingkungan.
4) Klen (Clan) Besar
Merupakan suatu kelompok kekerabatan terdiri dari semua keturunan seorang nenek moyang baik laki-laki maupun perempuan. Keanggotaannya ditarik melalui garis keturunan ibu atau ayah. Jumlahnya mencapai ribuan orang. Mereka tidak saling mengenal, umumnya disatukan dan terikat oleh tanda-tanda lahiriah yang dimiliki oleh klen itu.
5) Fratri
Merupakan kelompok-kelompok kekerabatan yang patrilineal atau matrilineal. Sifatnya lokal dan merupakan gabungan dari kelompok klen besar maupun kecil.
6) Paroh Masyarakat (Moeity)
Adalah kelompok kekerabatan gabungan klen seperti fratri tetapi selalu merupakan separoh dari suatu masyarakat.

2.2.3.2 Organisasi Sosial
Adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat baik yang berbadan hukum maupun tidak, berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.
Berdasarkan kegiatannya organisasi sosial dapat dikelompokkan menjadi:
·Bidang pendidikan: sekolah, universitas, organisasi profesi pendidikan
·Bidang kesejahteraan sosial: panti asuhan, panti jompo
·Bidang kesehatan: yayasan kesehatan, rumah sakit, balai pengobatan
·Bidang keadilan: lembaga bantuan hokum

2.2.4 Bahasa
Merupakan alat perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi. Bahasa dapat berupa tulisan, lisan, isyarat.
Fungsi khusus bahasa:
·Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari (fungsi praktis)
·Mewujudkan seni apabila manusia mengolah bahasa secara indah
·Mempelajari naskah-naskah kuno
·Mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi

2.2.5 Kesenian
Mengacu pada nilai keindahan yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan sekitarnya. Dipandang dari sudut kesenian sebagai keindahna yang dinikmati, ada dua lapangan besar , yaitu:
·Seni Rupa: seni patung, seni relief, seni lukis, seni tari.
·Seni suara: seni vokal, seni instrumental, seni sastra.
Lapangan kesenian yang mencakup kedua lapangan diatas adalah seni drama yang mengandung unsur-unsur pengintegrasian semua seni.

2.2.6 Sistem Ilmu dan Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesutau yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan dan harapan. Sistem pengetahuan secara umum dikelompokkan atas:
·Pengetahuan tentang alam, meliputi pengetahuan tentang musim atau gejala alam dari dongeng maupun mitos.
·Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan dalam rangka memenuhi kebutuhan akan bahan-bahan makanan dan perumahan dari tumbuh-tumbuhan. Pengetahuan ini berkembang menjadi pengetahuan tentang obat-obatan.
·Pengetahuan tentang tubuh manusia, ditujukkan untuk usaha pengobatan berbagai penyakit.
·Pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia, untuk mengatur pergaulan manusia. Contohnya pengetahuan tentang tanda-tanda tubuh, sopan santun pergaulan, norma, dan hukum.
·Pengetahuan tentang ruang dan waktu, dikembangkan untuk menghitung jumlah-jumlah yang besar, mengukur tinggi, dan menentukan penanggalan.

2.2.7 Sistem Kepercayaan (Religi)
Edward Burnett Taylor mengemukakan bahwa tumbuhnya religi dimulai dari kesadaran manusia akan adanya roh yang tidak nyata di alam ini. R. Marett mengemukakan bahwa manusia mengenal religi sejak mereka masih hidup sederhana, dimulai dengan kepercayaan animisme dan pra animisme. Bangsa Indonesia saat ini memiliki 5 agama yang diakui.
Ketujuh unsur pokok di atas disebut sebagai kebudayaan universal (cultural universal). Unsur-unsur kebudayaan ini masih dapat dipecah-pecah lagi menjadi nsur-unsur kebudayaan yang lebih kecil lagi. Ralph Linton menyebutnya sebagai kegiatan-kegiatan kebudayaan (cultural activity). Contoh: cultural universal sistem mata pencaharian, masih dipecah lagi atas cultural activity pertanian, peternakan, nelayan, pedagang, dan sebagainya.

Ralph Linton merinci kembali kegiatan-kegiatan kebudayaan tersebut menjadi unsur-unsur yang lebih kecil lagi yang disebut trait complex. Contoh, kegiatan pertanian dirinci lagi atas unsur-unsur seperti irigasi, sistem pengolahan tanah dengan bajak. Selanjutnya trait complex dirinci lagi menjadi traits. Contoh, trait complex mengolah tanah dengan bajak dirinci lagi menjadi teknik mengendalikan bajak. Selanjutnya traits dapat dirinci lagi ke unsur yang lebih kecil lagi yakni items. Contoh, alat bajak bisa dirinci lagi menjadi bagian-bagian tertentu seperti tiang penarik, pisau bajak, dan kemudi.

2.3 Fokus kebudayaan
Fokus kebudayaan adalah suatu kebudayaan yang memiliki suatu atau beberapa pranata tertentu yang merupakan unsur pokk dalam kebudayaan mereka sehingga unsur itu disukai oleh sebagian besar warga masyarakatnya dan dengan demikian mendominasi banyak aktivitas dalam kehidupan masyarakat mereka.
Contoh tentang fokus kebudayaan ini adalah unsur kesenian dalam masyarakat Bali, gerakan kebatinan dan mistik dalam kebudayaan golongan masyarakat priyayi di Jawa Tengah, peperangan antarfederasi kelompok kekerabatan dalam masyarakat suku bangsa Dani di Irian Jaya.

2.4 Etos kebudayaan
Etos kebudayaan adalah suatu watak khas dari suatu kebudayaan yang sangat sering diperlihatkan oleh masyarakat pendukung kebudayaan tersebut, sehingga watak khas tersebut tampak atau dengan mudah diketahui oleh orang-orang di luar pendukung kebudayaan tersebut. Biasanya watak khas yang dimaksud akan terlihat pada gaya tingkah laku, kegemaran-kegemaran, dan benda-benda hasil karya mereka.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat umum adalah misalnya seorang berkebudayaan Batak yang belum mengenal kebudayaan Jawa akan mengatakan bahwa watak khas kebudayaan Jawa adalah keselarasan, kesuraman, ketenangan berlebih-lebihan yang berakibat pada kelambanan dan menjelimet.
Ruth Benedict meneliti tentang etos kebudayaan dengan hasil penelitian sebagai berikut:
· Watak Dionysian
Kebudayaan yang memancarkan sifat agresif, menghargai watak yang ketat dan inisiatif individu, memiliki konsepsi bahwa rohani seseorang dapat diperkuat dengan cara sengaja mencari kesukaran dan dengan menyakiti diri, Misalnya kebudayaan Indian Crow di Amerika.
· Watak Apollonian
Watak yang memancarkan ketenangan, keseimbangan, dan keselarasan yang tidak menghendaki keadaan jiwa yang berlebih-lebihan atau yang mengganggu dan curiga terhadap sikap yang individualistis. Misalnya orang Indian Zuni di barat daya Amerika Serikat.
· Watak Paranoid
Watak khas yang memancarkan tipu muslihat, kelicikan, dan sifat-sifat pengecut, gemar ilmu sihir dan guna-guna untuk merugikan orang lain tanpa membahayakan diri sendiri, di mana setiap orang takut kepada dan membenci orang lain. Contohnya orang Dobu di Kepulauan Melanesia.
· Watak Megalomaniac
Watak khas yang memancarkan sifat agresif, penyaing, besar mulut, dan suka mengagung—agungkan diri. Contohnya orang Indian Kwakiuti di Kanada.







BAB III
PEMBAHASAN dan ANALISIS



3.1 Tujuh Unsur Kebudayaan Lampung

3.1.1 Bahasa
Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun Lampung di Propinsi Lampung, selatan palembang dan pantai barat Banten.
Bahasa ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia barat dan dengan ini masih dekat berkerabat dengan bahasa Sunda, bahasa Batak, bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Melayu dan sebagainya.
Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek. Pertama, dialek A (api) yang dipakai oleh ulun Sekala Brak, Melinting Maringgai, Darah Putih Rajabasa, Balau Telukbetung, Semaka Kota Agung, Pesisir Krui, Ranau, Komering dan Daya (yang beradat Lampung Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, subdialek O (nyo) yang dipakai oleh ulun Abung dan Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun).
Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek, yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow.
Aksara lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.
Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.
Aksara lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya Had Lampung kuno jauh lebih kompleks. Sehingga dilakukan penyempurnaan sampai yang dikenal sekarang. Huruf atau Had Lampung yang diajarkan di sekolah sekarang adalah hasil dari penyempurnaan tersebut.

3.1.2 Peralatan dan Perlengkapan Hidup
  1. Tapis
Tapis adalah kain khas Lampung yang terbuat dari tenunan benang kapas dengan hiasan motif, sulaman benang emas atau perak. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Tapis dapat dibedakan menurut pemakaiannya, seperti contohnya:
· Tapis Jung Sarat: Dipakai oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Dapat juga dipakai oleh kelompok isteri kerabat yang lebih tua yang menghadiri upacara mengambil gelar, serta muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.
· Tapis Bidak Cukkil: Model kain Tapis ini dipakai oleh laki-laki pada saat menghadiri upacara-upacara adat.
· Tapis Silung: Dipakai oleh kelompok orang tua yang tergolong kerabat dekat pada upacara adat seperti mengawinkan anak, pengambilan gelar, khitanan dan lain-lain. Dapat juga dipakai pada saat pengarakan pengantin
· Tapis Tuho: Tapis ini dipakai oleh seorang isteri yang suaminya sedang mengambil gelar sutan. Dipakai juga oleh kelompok orang tua (mepahao) yang sedang mengambil gelar sutan serta oleh isteri sutan dalam menghadiri upacara pengambilan gelar kerabatnya yang dekat.
  1. Jangat
Jangat adalah alat untuk menghaluskan belahan-belahan rotan. Dibuat dari bahan besi lengkung tipis dan tajam yang ditancapkan di atas potongan batang kayu. Mata pisaunya dibuat sendiri atau dapat dibeli. Cara pemakaiannya adalah: belahan-belahan rotan yang panjang dimasukkan di antara kedua pisau besi itu, kemudian silih berganti ditarik.

3.1.3 Sistem Mata Pencaharian
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Lampung adalah agraris; pertanian dan perkebunan serta perikanan. Hasil bumi yang terkenal dari daerah pedalaman adalah lada hitam dan lada putih. Sedangkan dari daerah pesisir banyak menghasilkan kopi, kakao, kelapa hibrida, padi dan perikanan. Pada masa sekarang banyak penduduk yang merantau untuk mengubah nasib dan ingin berkembang.

 3.1.4 Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan Lampung menarik garis dari ayah atau patrilineal. Bentuk perkawinan pada umumnya pihak laki-laki lah yang melamar dan pada hari pertama lamaran membawa hantaran berupa buah, kue-kue disertai alunan musik gamelan; Talo Balak. Pada perkawinan pun diberlakukan penyembelihan kepala kerbau minimal 1 ekor. Pada masyarakat Lampung Pedalaman memiliki peraturan yang ketat yaitu pasangan yang sudah menikah tidak boleh bercerai, jika terpaksa bercerai akan dikenakan denda sebesar 50gram emas dibayar kepada pihak yang diceraikan. Lain hal dengan masyarakat Lampung Pesisir diperbolehkan kawin cerai, misalkan jika pasangan tersebut tidak memiliki keturunan dan harus berpisah. Bagi Masyarakat Pesisir, sangat memalukan jika terjadi kawin lari atau disebut sebambangan, karena dianggap seperti mencoreng nama keluarga sendiri.

 3.1.5 Sistem Kesenian
Sastra
Lampung menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra, baik sastra (berbahasa) Indonesia maupun sastra (berbahasa) Lampung. Kehidupan sastra (Indonesia) di Lampung dapat dikatakan sangat ingar-bingar meskipun usia dunia kesusastraan Lampung relatif masih muda. Penyair Iwan Nurdaya-Djafar yang baru kembali ke Lampung setelah selesai kuliah di Bandung sekitar 1980-an mengaku kepenyairan di Lampung masih sepi. Dia baru menjumpai Isbedy Stiawan ZS, A.M. Zulqornain, Sugandhi Putra, Djuhardi Basri, Naim Emel Prahana, dan beberapa nama lainnya.
Barulah memasuki 1990-an kemudian Lampung mulai semarak dengan penyair-penyair seperti Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Christian Heru Cahyo, dan lain-lain. Menyusul kemudian Ari Pahala Hutabarat, Budi Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama dkk. Kini ada Dina Oktaviani, Alex R. Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit Putria Marga, Nersalya Renata, dan Lupita Lukman. Selain itu ada cerpenis Dyah Merta dan M. Arman AZ..
Leksikon Seniman Lampung (2005) menyebutkan tidak kurang dari 36 penyair/sastrawan Lampung yang meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal, dan majalah seantero negeri.
Teater
Perkembangan teater di Lampung banyak dilatarbelakangi dari keinginan para pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok seni untuk mendalami seni peran dan pertunjukkan. Beberapa kelompok teater kampus dan pelajar yang masih tercatat aktif sampai saat ini adalah teater Kurusetra (UKMBS Unila), KSS (FKIP Unila), Green Teater (Umitra), Teater Biru (Darmajaya), Teater Kapuk (STAIN Metro), Teater Sudirman 41 (SMUN 1 Bdl), Teater Gemma (SMUN 2 Bdl), Teater Palapa (SMUN 3 Bdl), Teater Madani(SMUN 5 Bdl), Teater Handayani (SMUN 7 Bdl),Kolastra (SMUN 9 Bdl), Teater sebelas (SMUN 11 Bdl), Teater Pelopor (SMU Perintis 1 Bdl), Insyaallah Teater (SMU Perintis 2 Bdl), Teater Cupido (SMUN 1 Sumberjaya).
Sedangkan beberapa teater yang digerakkan seniman-seniman Lampung yaitu Teater Satu, Komunitas Berkat Yakin (Kober), Teater Kuman, Teater Sendiri. Penggerak teater di Lampung yang masih eksis mengembangkan seni pertunjukkan teater melalui karya-karyanya antara lain Iswadi Pratama, Ari Pahala Hutabarat, Robi akbar, M. Yunus, Edi Samudra Kertagama, Ahmad Jusmar, Imas Sobariah, Ahmad Zilalin, Darmawan. Lampung tidak hanya dikenal banyak melahirkan sastrawan-sastrawan baru namun aktor-aktor potensial pun juga tidak sedikit yang muncul seperti, Rendie Dadang Yusliadi, Robi Akbar, Eyie, Iin Mutmainah, M Yunus, Dedi Nio, Liza Mutiara Afriani, Iskandar GB, Ruth Marini.
Dalam tiap tahunnya even-even teater seperti pertunjukkan, lomba, workshop dan diskusi kerap digelar di Provinsi ini serta tempat tempat yang sering digunakan adalah Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Auditorium RRI, GSG UNILA, Academic Centre STAIN Metro, Gedung PKM Unila, Aula FKIP Unila, Pasar Seni Enggal.
Adapun even tahunan teater yang terbesar di Lampung adalah Liga Teater SLTA se-Provinsi Lampung sebagai ajang apresiasi para aktor Pelajar LAmpung yang kualitasnya tidak kalah dengan pelajar di luar Lampung.
Musik
Sebagaimana sebuah daerah, Lampung memiliki beraneka ragam jenis musik, mulai dari jenis tradisional hingga modern (musik modern yang mengadopsi kebudayaan musik global.red). Adapun jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah: Klasik Lampung, jenis musik ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin jenis musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri. Beberapa kegiatan festival diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan budaya musik tradisional tanpa harus khawatir akan kehilangan jati diri. Festival Krakatau contohnya, adalah sebuah Festival yang diadakan oleh Pemda Lampung yang bertujuan untuk mengenalkan Lampung kepada dunia luar dan sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata.
Tari
Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung. Salah satu jenis tarian yang terkenal adalah Tari Sembah dan Tari Melinting(saat ini nama Tari Sembah sudah dibakukan menjadi Sigeh Penguten). Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan yang datang, mungkin bolehlah dikatakan sebagai sebuah tarian penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung.

 3.1.6 Sistem Kepercayaan (Religi)
Masyarakat Lampung pada masa lampau menganut sistem kepercayaan dinamisme yaitu menyembah benda-benda keramat seperti pohon yang berusia ratusan tahun dan diberi sesajen. Pengaruh Hindu pun cukup kental terutama bagi masyarakat daerah pedalaman. Saat mengadakan Ritual Pengangkatan Gelar Kepala Adat diharuskan untuk mempersembahkan kepala kerbau, kerbau yang dipilih harus benar-benar berwarna hitam dan jika memiliki kekayaan lebih, kepala adat tersebut bisa mempersembahkan sampai 24 kerbau, tetapi hanya 1 kepala kerbau yang disimbolkan. Pada masa ini, masyarakat Lampung didominasi oleh agama Islam yang dibawa oleh Sultan Hasannudin.

 3.1.7 Sistem Ilmu Pengetahuan
Masyarakat Lampung mempercayai garuda sebagai pembawa berita. Misal pemberitahuan tentang adanya bencana. Masyarakat Lampung tidak mempercayai sistem penaggalan seperti halnya pada masyarakat Jawa yang bergantung pada sistem penanggalan dan pembacaan rasi bintang saat memulai masa bertani.

 3.2 Fokus Kebudayaan Lampung
Menurut sumber dari website http://ulunlampung.blogspot.com/2007/02/nasib-bahasa-lampung.html , unsur kebudayaan yang paling dominan adalah bahasa, karena bahasa merupakan unsur terpenting dalam pembentukan masyarakat Lampung. Bahasa Lampung juga memiliki aksara sendiri (Had Lampung (KaGaNga), serta memiliki keragaman dalam hal sastra, seperti pattun (pantun), pepatcur, pisaan, adi-adi, segata, sesikun, memmang, wawancan, hahiwang,dan wayak. Hal ini menunjukan bahasa Lampung merupakan bahasa yang maju.

3.3 Etos Budaya Lampung
Menurut kitab Kuntara Raja Niti, orang Lampung memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
(1) piil-pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri)
(2) juluk-adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya)
(3) nemui-nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu)
(4) nengah-nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis)
(5) sakai-sambaian (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya).


BAB IV
KESIMPULAN



Dari penelitian saya mengenai kebudayaan Lampung khususnya masyarakat way kanan,
dapat ditarik beberapa kesimpulan, yang diantaranya:
Perubahan Kebudayaan seiring perubahan jaman yang terjadi sekarang ini, ada beberapa unsur kebudayaan masyarakat lampung terutama daerah way kanan mengalami sedikit pergeseran yang salah satunya terdapat pada unsur religi yaitu perubahan agama yang dianut, yang semula kepercayaan masyarakat lampung dinamisme dan Hindu menjadi mayoritas beragama Islam. Dari sisi perlengkapan hidup, sebagian  masyarakat Lampung terutama masyarakat way kanan telah menyesuaikan dengan keadaan masyarakat modern dengan mengganti peralatan-peralatan hidupnya menjadi lebih modern. Pakaian adat yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari juga mulai dititnggalkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar