Jumat, 09 Desember 2011

Iklim Sekolah Kaitannya dengan Hasil Akademik dan Non Akademik Siswa


Iklim Sekolah Kaitannya dengan Hasil Akademik dan Non Akademik Siswa

Iklim sekolah didefinisikan orang secara beragam dan dalam penggunaanya kerapkali dipertukarkan dengan istilah budaya sekolah. Iklim sekolah sering dianalogikan dengan kepribadian individu dan dipandang sebagai bagian dari lingkungan sekolah yang berkaitan dengan aspek-aspek psikologis serta direfleksikan melalui interaksi di dalam maupun di luar kelas. Halpin dan Croft (1963) menyebutkan bahwa iklim sekolah adalah sesuatu yang bersifat intangible tetapi memiliki konsekuensi terhadap organisasi.
Tagiuri (1968) mengetengahkan tentang taksonomi iklim sekolah yang mencakup empat dimensi, yaitu: (1) ekologi; aspek-aspek fisik-materil, seperti bangunan sekolah, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK dan sejenisnya (2) milieu: karateristik individu di sekolah pada umumnya, seperti: moral kerja guru, latar belakang siswa, stabilitas staf dan sebagainya: (3) sistem sosial: struktur formal maupun informal atau berbagai peraturan untuk mengendalikan interaksi individu dan kelompok di sekolah, mencakup komunikasi kepala sekolah-guru, partispasi staf dalam pengenbilan keputusan, keterlibatan siswa dalam pengambilan keputusan, kolegialitas, hubungan guru-siswa; dan (4) budaya: sistem nilai dan keyakinan, seperti: norma pergaulan siswa, ekspektasi keberhasilan, disiplin sekolah.
Berdasarkan berbagai studi yang dilakukan, iklim sekolah telah terbukti memberikan pengaruh yang kuat terhadap pencapaian hasil-hasil akademik siswa. Hasil tinjauan ulang yang dilakukan Anderson (1982) terhadap 40 studi tentang iklim sekolah sepanjang tahun 1964 sampai dengan 1980, hampir lebih dari setengahnya menunjukkan bahwa komitmen guru yang tinggi, norma hubungan kelompok sebaya yang positif, kerja sama team, ekspektasi yang tinggi dari guru dan adminstrator, konsistensi dan pengaturan tentang hukuman dan ganjaran, konsensus tentang kurikulum dan pembelajaran, serta kejelasan tujuan dan sasaran telah memberikan sumbangan yang berharga terhadap pencapaian hasil akademik siswa.
Hubungan sosial antara siswa dengan guru yang mutualistik merupakan unsur penting dalam kehidupan sekolah. Guru yang memiliki interes, peduli, adil, demokratis, dan respek terhadap siswanya ternyata telah mampu mengurangi tingkat drop out siswa, tinggal kelas, dan perilaku salah suai di kalangan siswa (Farrell, 1990; Fine, 1989; Wehlage & Rutter, 1986; Bryk & Driscoll, 1988). Studi yang dilakukan oleh Wentzel (1997) mengungkapkan bahwa iklim sekolah memiliki hubungan yang positif dengan motivasi belajar siswa. Sementara itu, studi longitudional yang dilakukan oleh Roeser & Eccles (1998) membuktikan bahwa guru yang bersikap adil dan jujur memiliki dampak ke depannya bagi penguasaan kompetensi akademik dan nilai-nilai (values) akademik. Studi yang dilakukan Stockard dan Mayberry (1992) menyimpulkan bahwa iklim sekolah, yang mencakup : ekspektasi prestasi siswa yang tinggi, lingkungan sekolah yang teratur, moral yang tinggi, perlakuan terhadap siswa yang positif, penyertaan aktivitas siswa yang tinggi dan hubungan sosial yang positif ternyata memiliki korelasi yang kuat dengan hasil-hasil akademik siswa.
Selain berdampak positif pada pencapaian hasil akademik siswa, iklim sekolah pun memiliki kontribusi positif terhadap pencapaian hasil non akademik, seperti pembentukan konsep diri, keyakinan diri, dan aspirasi (Brookover et al., 1979; McDill & Rigsby, 1973; Mitchell, 1968; Anderson, 1982). Studi yang dilakukan Battistich dan Hom (1997) mengungkapkan bahwa adanya perasaan akan komunitas (sense of community) dapat mengurangi secara signifikan terhadap munculnya perilaku bermasalah seperti, keterlibatan narkoba, kenakalan remaja dan tindak kekerasan. Iklim sekolah yang positif juga dapat menurunkan tingkat depresi (Roeser & Eccles 1998). Studi yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 1983 yang menguji tentang kesehatan perilaku, gaya hidup dan konteks sosial pada kalangan anak muda di 28 negara menunjukkan bahwa keterlibatan peran dalam pengambilan keputusan di sekolah, perasaan memperoleh dukungan dari guru dan siswa lainnya ternyata berkorelasi dengan semakin berkurangnya kebiasaan merokok, tingginya aktivitas fisik, serta tingkat kesehatan dan kualitas hidup yang baik (Currie et al. 2000). Iklim sekolah juga berpengaruh terhadap pembentukan nilai-nilai kewarganegaraan (civic values). Sebagai contoh: hubungan guru-siswa yang saling menghormati, adanya kebebasan untuk menyatakan tidak setuju, mau mendengarkan siswa meski dalam perspektif yang berbeda telah memberikan dampak terhadap tingkat kekritisan siswa tentang berbagai isu yang terkait dengan kewarganegaraan (Newmann, 1990). Selain itu, siswa juga lebih toleran terhadap perbedaan (Ehman, 1980) dan lebih mengenal terhadap berbagai hubungan internasional (Torney-Purta & Lansdale, 1986).

Suasana yang muncul dari adanya hubungan seluruh komponen dalamsuatu sekolah itu menggambarkan iklim sekolah secara keseluruhan.Hubungan tersebut meliputi hubungan antara kepala sekolah dengan guru,guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan seterusnya.Menurut pendapat Hadiyanto, Iklim sekolah adalah situasi atausuasana yang muncul karena adanya hubungan antara kepala sekolah denganguru, guru dengan guru, guru dengan peserta didik atau hubungan antarapeserta didik yang menjadi ciri khas sekolah yang ikut mempengaruhi prosesbelajar mengajar disekolah. Sedangkan iklim sekolah menurut pendapatHow dan miskell adalah produk akhir dari interaksi antara kelompok pesertadidik disekolah, guru-guru dan para pegawai tata usaha (administrators)yang berkerja untuk mencapai keseimbangan antara dimensi organisasi(sekolah) dengan dimensi individu. Produk-produk ini mencakup nilai- nilai,kepercayaan sosial dan standar sosial. Disamping itu, iklim sekolahmerupakan kualitas dari lingkungan sekolah yang terus menerus dialami oleh guru-guru, dapat mempengaruhi tingkah laku mereka dan berdasarkanpersepsi kolektif tingkah laku mereka.29Hal ini sejalan dengan pendapat Made Pidarta yang menyatakan iklimsekolah menunjukkan suasana kehidupan dan pergaulan disekolah, suasanabekerja, belajar, berkomunikasi dan bergaul, yang menggambarkanbagaimana budaya-budaya, tradisi-tradisi dan cara-cara bertindak parapersonalia disekolah.30Kepala sekolah memegang peran penting untuk menciptakan iklimsekolah, baik fisik maupun non fisik yang kondusif akademik, karena keadaanini merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yangefektif. Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme danekspektasi yang tinggi dari warga sekolah dan kegiatan-kegiatan yang terpusatpada siswa adalah contoh-contoh iklim yang dapat menumbuhkan semangatbelajar siswa.Sergiovanni berpendapat, bahwa iklim merupakan energi yangterdapat didalam organisasi yang dapat memberikan pengaruhnya terhadapsekolaha, tergantung bagaimana energi tersebut disalurkan dan diarahkan olehkepala sekolahnya.
Semakin baik energi disalurkan dan diarahkan, makasemakin baik pula pengaruhnya terhadap sekolah, dan sebaliknya.Adapun menurut pendapat Effective School Consortia Network, hubungan yang akrabdapat ditemukan diantara pengajar, karyawan sekolah, dan diantara personilyang terlibat dalam organisasi sekolah. Suasana sekolah yang efektifdirasakan, sebagai penuh rasa kekeluargaan, bersifat prak-tis, dan penuhkejujuran. Sekolah selalu beranggapan, bahwa lingkungan sekolah yang baikmerupakan prioritas utama untuk pencapaian kemajuan.Dari beberapa pendapat mengenai pengertian iklim sekolah diataspenulis dapat menyimpulkan bahwa iklim sekolah merupakan bentuklingkungan sosial (non fisik) yang menjadi ciri khas suatu sekolah yangnantinya dapat mempengaruhi seluruh komponen yang terdapat di dalamnya,dalam berinteraksi antara satu denga n yang lain.Adapun ciri-ciri iklim sekolah yang positif menurut pendapat MadePidarta adalah adanya hubungan yang harmonis/akrab antara personelsekolah, adanya hubungan kekeluargaan, adanya saling percaya diantara paraguru yang menyebabkan suasana menjadi nyaman, para guru memiliki sifatantusiasme dalam bekerja, adanya komitmen yang tinggi para guru terhadapsekolahnya, dan para guru merasa bangga terhadap sekolah mereka.32Sedangkan ciri-ciri iklim sekolah yang negatif adalah tidak adanya hubunganyang harmonis/akrap antara personil sekolah, tidak adanya hubungankekeluargaan, tidak adanya saling percaya antara para guru yangmenyebabkan suasana sekolah tidak nyaman, para guru tidak memiliki sifat antusiasme dalam bekerja, tidak adanya komitmen yang tinggi terhadapsekolahnya, dan para guru tidak merasa bangga dengan sekolah mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar